Pages

Sunday, March 10, 2013

Demimu Indonesiaku, Lestarilah Budayamu


Sebuah persoalan yang mendesak pemaham kita adalah karya dan budaya bangsa yang semakin luntur, tergusur, tergeser dan tereliminasi dari perhatian dan kesibukan sehari-hari. Persoalan ini sudah menjadi momok dalam perbincangan masyarakat tidak kalah saing juga para pejabat dan anggota dewan yang terhormat. Namun pembahasan  persoalan ini masih saja bermain-main dalam lingkup probabilitas yang tidak kunjung selesai dalam menarik benang merahnya. Hal ini bertumpu pada titik tolak pandangan dan sikap yang masih pada batasan bahwa kebudayaan kesenian tradisional dan modern adalah instrumen kegiatan ritualitas. Padahal itu adalah sebuah kultur dan karakter bangsa yang menjadi tolak ukur setiap masyarakat dalam beretika dan berhubungan satu sama lain.

Diantara masalah itu, pemahaman kita tentang kebudayaan secara umum harus benar-benar dimiliki bagi setiap warga negara terlebih kalangan mahasiswa. Mereka adalah ujung tombak bangsa dalam mengenalkan warisan budaya Indonesia. Sebagai kaum terpelajar sudah barang tentu harus mengetahui dan siap memperkenalkan budaya indonesia.  

Baru – baru ini Thailand telah mengadakan even untuk menyambut AEC (ASEAN Economic Comunity) yang diselenggarakan di Rajamanggala University of Technology Tanyaburi (RMUTT) pada tanggal 19 januari 2013. Even yang diberi nama Open House RMUTT ini di hadiri oleh masing-masing perwakilan dari kesepuluh Negara anggota ASEAN. Dalam even kami mahasiswa Indonesia yang sedang menjalankan study di RMUTT menerima tantangan untuk menampilkan seni ataupun budaya Indonesia pada acara open house RMUTT ini.

Sebagai warga negara Indonesia yang cinta kepada bangsanya kamipun menjawab tantangan tersebut, dengan bermodal kesederhanaan dan semangat, kami mahasiswa yang berasal dari STIE MANDALA Jember dan Universitas Dian Nuswantoro Semarang sanggup dan berhasil menampilkan “Tari Sajojo” yang berasal dari Papua. Pada pra tampil kita sedikit kesulitan akibat tidak tersedianya kostum, pada saat itu kami memutuskan untuk membuat kostum sendiri. Kami mengakali dengan membuat kostum dari tali rafia untuk pakaian bawah dan ornamen bulu ayam yang kita cabuti dari sulak untuk kita pakai sebagai gelang tangan dan kaki serta mahkota jambul khatulistiwa. Agar menyerupai seperti orang papua yang mayoritas berkulit hitam eksotis, kamipun sepakat untuk membeli kaos berwarna hitam. Jadilah kostum sederhana ala apa adanya.

Pada saat tampil di acara tersebut, akhirnya jerih payah kami selama ini membuahkan hasil. Penampilan tersebut mendapat sambutan hangat dari Assoc. Prof. Dr. Numyoot Songthanapitak The President of RMUTT dan Assoc. Prof. Dr. Chanongkorn Kuntonbutr, The Dean of the Faculty of Business Administration RMUTT. 

Tak kalah meriah suara tepukan para penonton saat terhenyak melihat penampilan mahasiswa Indonesia di kala itu, membawa rasa haru dan memberikan nilai tersendiri bagi kita. Karena telah berhasil membawakan tarian tersebut dengan baik dan bangga mewakili Indonesia dalam memperkenalkan budaya Indonesia kepada dunia

Titik penting dari keberhasilan ini adalah buah dari kemauan, kerja keras dan kerjasama anggota tim serta pengetahuan tentang kebudayaan Indonesia sendiri. Begitu pentingnya memahami budaya Indonesia. Jikalau kita tidak mengetahui sedikitpun budaya Indonesia dan sudah menganggap bahwa budaya kita telah jadul, maka jangan heran bila Malaysia ataupun Negara tetangga lainnya menampilkan dan mengambil alih budaya Indonesia. Oleh karena itu jika kita ingin budaya Indonesia diakui oleh dunia kenali dan hargailah budaya kita, marilah bahu membahu melestarikan budaya Indonesia. Berkarya dan berbudaya adalah tuntutan bagi kita, Bangga berbangsa Indonesia adalah kewajiban bagi kita.

0 comments:

Post a Comment